top of page

Emotional Management

Minggu ini aku ikut webinar dari kantor yang turns out bermanfaat banget, yang bertema 'Emotional Management'

We all know how hard it is to keep our emotions stable during this hard times. Dampak dari so-called 'lock down', gak hanya terjadi sama kita warga Jakarta, yang sampe sekarang masih ada di zona merah COVID-19, tapi juga untuk semua orang di seluruh dunia. Yes, we're on the same book, literally, all together.

Sebenernya fluktuasi emosi yang terjadi sama kita sekarang adalah karna sudden change yang kita harus adaptasi, dari kegiatan normal yang biasa, or we know it as 'the new normal'. Adaptasi ke state ini yang tidak mudah bagi beberapa, mungkin sebagian besar orang. Kita dipaksa untuk dapat cepat dan fleksibel dalam menghadapi berbagai perubahan yang ada di dunia saat ini. The world is changing, fast.

Jadi bagaimana cara mengelola emosi menurut webinar yang saya pelajari ini?

1. Know our emotions

Tak kenal maka tak sayang. Memang, semua harus dikenal dulu. Diketahui apa, siapa, dan bagaimananya. Itu merupakan proses untuk menyayangi diri sendiri #uwu. This was very informative to me, and I understand it real quick. Know what emotions you're going through, and give it a name, a label, (so you can control it more).

This table can help you identify what is it that you feel at this time. At the time I was reading this, I literally felt this all emotions (almost) in one time, at a time. So it was nice to be able to label it all, so I know what I'm going through, and can identify myself. I personally think this is a strong tool to apply on everyday lives.

2. Take the emotions as a 'guest' in your house

Imagine someone wanted to be in your house, to be your guest, jadi seorang 'tamu', yang mana kalau budaya dan adat jawa, seorang tamu harus dihormati dengan adat yang Gupuh, Aruh, Rengkuh, Lungguh, dan Suguh, yang intinya harus sopan santun, dan menghargai si tamu. Dengan menerima tamu, berpikir positif tentang niat baik tamu, dan mendengarkan apa yang ingin dikatakan tamu, mau mendengarkan dan terbuka, menerima si tamu ini, sudah sangat bagus. Bayangkan tamu ini adalah emosimu.

Dia datang, hadir, dan ingin memberitahumu sesuatu. Jika ditolak, atau diabaikan, maka dia akan disitu saja, menunggu untuk diperhatikan, yang akhirnya terpendam dan (jangan sampai) menjadi endapan yang dalam jangka waktu panjang. Itu juga dapat berdampak tidak baik untuk kesehatan kita.

Jika emosi ini kita persilahkan untuk masuk, duduk, menceritakan apa yang dirasakannya dan kita ingin mendengar, maka perasaan nyaman itu akan tumbuh, seakan menyayangi diri sendiri. Begitu tenang.

'Oh, ini yang tubuhku mau.' 'Oh ini, yang diriku maksud'

3. Treat them as a guest, a guest will come back to their own home

Setelah mengetahui, mengenal, dan mau mendengarkan emosi tersebut, maka yang baik dilakukan selanjutnya adalah kita dapat merespons emosi itu dengan baik dan bijak, secukupnya saja. Dirasakan, dimengerti, iya, dan bisa membatasi diri untuk tidak berlarut-larut.

Merespons semua itu dengan baik, se gentle mungkin, kemudian beri pengertian pada diri, bahwa aku butuh untuk mengelola emosi ini. Untuk tau mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dibatasi, dan mana yang harus dilakukan.

Untuk dapat menjalani hidup sehari-hari lebih lega, dan lebih mindful.

-

Alangkah sedihnya saya saat merasakan diri saya yang sedang butuh waktu untuk dirinya sendiri dan dimengerti, dengan sambil mempraktekkan posisi ini, kebiasaan saya untuk melepaskan emosi dengan menangis pun perlahan tumpah dan dirasakan.

Butterfly Hug (with a tap-tap motion)

(jangan salah fokus sama moon gang tae) aku belajar awalnya dari drama ini, dan juga ternyata dipraktekkan di langkah psikologis untuk mental healing di webinar yang aku ikutin (Butterfly Hug, with a tap-tap motion). Huwu. Huf.

-

gitu, jadi kenali emosi, diri kamu, dan dengarkan, respons dengan baik, kemudian beri pengertian untuk diri kamu supaya dapat mengontrol diri kamu dengan lebih baik.

4. Kalau sudah semua?

Apa yang kamu rasakan?

Please, tell it to someone that can help you ease your stress, or you could pray to god, write it all down, or have something that is 'not harming' to others and yourself, to release your stress. You could find your own way or do it in the way such as exercise, sports, move your body could also help.

Most importantly, that energy you have from your anger, or anything, is channeled right, through your actions, until you calm down, and slowly breathe.

-

You deserve a rest and cherish for how far you've going through all this time. 🤗

Sumber:

Webinar Learning Out Loud Ruangguru, by team HCCA & kak Ni Putu Puspitaningrum (thank you so much, kak!)

Artikel LDII news, 'Tidak Rugi, Banyak Pahala Dengan Memuliakan Tamu' oleh Lathifah Umami

Recent Posts
Archive
bottom of page